Penggunaan antibiotik
yang terlalu sering dan
tidak rasional
berdampak negatif bagi
tubuh.
Si empunya tubuh bisa dipastikan akan lebih
mudah terserang penyakit karena kuman-
kuman sudah kebal terhadap antibiotik.
Ahli farmasi dari WHO Dra. Nani Sukasediati,
Apt mengatakan bila kuman sudah kebal
maka pengobatan akan lebih sulit lagi. Biaya
berobat pun akan meningkat meski
kesempatan untuk sembuh menurun.
Nani mencontohkan penyakit TBC
(tuberkulosis). Jika pasien putus nyambung
minum obatnya, bisa dipastikan kuman akan
kebal terhadap antibiotik. Imbasnya
pengobatan akan lebih kompleks dan makan
waktu lebih lama. Biaya pun bertambah.
Contoh lain adalah penyakit yang harusnya
tidak perlu antibiotik. Misalnya demam atau
batuk pilek. "Demam, batuk, dan pilek
sebetulnya bisa hilang sendiri ketika daya
tahan tubuh meningkat. Tak perlu buru-buru
minum antibiotik. Kalau terburu-buru minum
antibiotik, bisa-bisa batuk, pilek, dan demam
tadi jadi lebih sulit disembuhkan di masa
mendatang," ucap Nani.
Untuk itu Nani menyarankan agar pasien
meneliti ulang resep yang diberikan oleh
dokter. Tanyakan apa saja kegunaan masing-
masing obat. Termasuk antibiotik, obat yang
cukup sering diresepkan oleh dokter.
"Kalau tidak diresepkan, sebaiknya jangan
minta. Kalau diresepkan, tanyakan apakah
harus demikian? Bagaimana dosisnya? Dan
jangan lupa dihabiskan," imbuh Nani.
0 komentar:
Posting Komentar