Sabtu, 23 Juni 2012

Penyebab Bayi Besar Dalam Kandungan



Ada beberapa faktor penyebab
mengapa bayi terlahir besar. Antara
lain ibu hamil mempunyai riwayat
diabetes (hormonal), kenaikan berat
badan berlebih saat hamil, dan
faktor keturunan. Meski tampak
menggemaskan bila melihat bayi
gemuk dan lucu, sebenarnya proses
persalinan bayi besar sangat berisiko.


Persalinan menjadi lebih rentan
mengalami cedera baik pada ibu
maupun bayi. Pada ibu, bisa terjadi
robekan jalan lahir yang luas,
peregangan tulang simfisis
berlebihan pada panggul, melahirkan
dengan bantuan alat forseps atau
vakum dan berpotensi melahirkan
dengan operasi Caesar
akibat
ketidaksesuaian panggul dengan
kepala bayi (Cephalo Pelvic
Disproportion).


Begitu pula pada sang bayi. Mereka
bisa mengalami cedera patah tulang
akibat kemacetan bahu bayi saat
melewati jalan lahir. Bayi juga
beresiko mengalami cerebralpalsy
(kelumpuhan saraf otak) karena
cedera kepala saat melewati jalan
lahir. Pada saat berada di luar rahim,
bayi lebih mudah mengalami
penurunan kadar gula darah
berlebihan (hipoglikemia).


Bayi besar juga beresiko lebih tinggi
mengalami gangguan pernafasan ,
terutama bayi besar yang lahir
dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu. Meskipun tampak besar,
tetapi karena belum cukup bulan,
paru- paru bayi belum mampu
berkembang sempurna. Dalam masa
pertumbuhan selanjutnya, bayi juga
beresiko mengalami obesitas
Perlu kita ketahui, berat badan
seorang ibu hamil cenderung
bertambah seiring pertumbuhan
janin dalam kandungan.


Pertambahan berat badan ini
penting terhadap keberhasilan proses
kehamilan terutama pada trimester
dua dan tiga masa kehamilan dan
sebagai persiapan proses menyusui
kelak. Tetapi penambahan berat
tidak boleh berlebihan. Peningkatan
berat ibu hamil selain karena
penimbunan lemak pada jaringan
tubuh ibu hamil, juga akibat
penumpukan cairan tubuh (edema),
pembentukan plasenta, air ketuban
dan janin.


Mengingat resiko yang ditimbulkan
bila terjadi kehamilan dengan bayi
macrosomiat, maka sebaiknya ibu
hamil melakukan hal - hal berikut
ini :

1. Menjaga kenaikan berat badan.
Terutama pada ibu hamil dengan
diabetes dan obesitas. Untuk ibu
hamil dengan berat badan normal,
kenaikan berat badan sekitar 10 kg -
13 kg. Namun bila berat badan
sebelum hamil kurang dari 45 kg,
atau sebelum hamil sudah obesitas
maka kenaikan berat badan
disesuaikan dengan anjuran bidan
atau dokter


2. Melakukan aktivitas dan olahraga.
Ibu hamil yang kurang gerak akan
membuat kalori tubuh menumpuk
dan tersimpan dalam bentuk lemak
sebagai cadangan kalori tubuh.
Senam hamil dan jalan pagi yang
teratur akan sangat membantu
mencegah kenaikan berat badan
berlebih saat hamil.


3. Perbanyak konsumsi buah dan
sayuran memasuki trimester III.
Buah- buahan segar atau sayuran
dalam bentuk jus yang banyak
mengandung serat sangat
disarankan. Hindari camilan junkfood
dan kudapan yang mengandung
banyak zat gula misalkan es krim
dan puding berkadar gula tinggi .
Minuman sirup manis sebaiknya juga
dikurangi bila kenaikan berat badan
telah melewati batas normal.


4. Patuhi diet dan pengobatan yang
teratur. Bagi ibu hamil dengan
riwayat diabetes sebaiknya
mematuhi diet atau aturan pola
makan sesuai anjuran dokter dan
teratur mengikuti program terapi
diabetes baik pemberian insulin
maupun obat minum.


5. Pemeriksaan kehamilan secara
teratur untuk pemantauan berat
badan selama kehamilan. Pada
setiap kunjungan berkala tersebut,
bidan dan dokter akan membantu
memantau berat badan setiap ibu
hamil dengan pertimbangan indeks
massa tubuh atau BMI masing -
masing ibu hamil.

sumber

0 komentar:

Posting Komentar