Tampilkan postingan dengan label bahaya antibiotik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahaya antibiotik. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Maret 2013

Bahaya Kelebihan Mengkonsumsi Antibiotik


Sebuah tim ahli superbug Australia telah memperingatkan bahwa infeksi resisten antibiotik sedang meningkat dengan generasi saat antibiotik tidak mampu untuk mengobati bahkan infeksi saluran kemih umum.
Mereka mencatat bahwa antibiotik intravena kuat sekarang digunakan untuk mengalahkan infeksi saluran kemih yang sebelumnya dapat diobati hanya dengan pil.
Dan jika pemerintah mengatur penggunaan antibiotik kemajuan medis seperti transplantasi organ, penggantian sendi dan obat-obatan perawatan kritis akan berada di bawah ancaman dari infeksi merajalela, yang dinyatakan.

Dokter memperingatkan bahwa superbug, yang sedang disebut "wabah merah" karena bug antibiotik noda merah di bawah mikroskop, bisa segera mewakili ancaman yang sama sebagai wabah seperti Black Death.
Profesor David looke, presiden dari Society Australasia for Infectious Diseases, mengatakan bahwa infeksi E. coli yang umum yang menyebabkan 80 persen dari infeksi saluran kemih sekarang resisten terhadap
beberapa antibiotik.

Kebanyakan orang berpikir bug resisten antibiotik tertangkap di rumah sakit tapi sekarang mereka sedang diperoleh di masyarakat, katanya.
Sampai dengan 30 persen dari bakteri staphylococcus yang menyebabkan infeksi mendidih umum diperoleh di masyarakat itu sekarang juga resisten terhadap penisilin, katanya.

Banyak bentuk gonore seksual diperoleh juga resisten terhadap antibiotik.
Ia menyalahkan berlebihan antibiotik pada manusia dan hewan dan praktek pertanian untuk resistensi ini tumbuh perawatan.
Di India 100-200 juta orang diperkirakan terjangkit bakteri resisten antibiotik. Di Asia antibiotik disuntikkan ke dalam telur, yang digunakan dalam peternakan udang dan ayam.
Selain itu, perusahaan-perusahaan farmasi telah berhenti mengembangkan antibiotik baru yang mungkin mengalahkan infeksi superbug, ia menambahkan.

Penyakit menular ahli telah menyarankan bahwa pemerintah harus membentuk badan pengawas baru yang akan memiliki kontrol dari penggunaan antibiotik pada manusia, hewan dan pertanian.
Pemerintah juga harus bekerja sama dengan industri farmasi untuk mendorong mereka  untuk penelitian antibiotik baru, looke menyimpulkan.


Sumber : Medindia

Rabu, 24 Agustus 2011

Bahaya Antibiotik di Pasaran


Tubuh manusia mengandung sejumlah besar
mikroba yang baik atau jahat. Tapi
memberantasnya baik secara sengaja atau
tidak sengaja dengan antibiotik bisa
membahayakan kesehatan.
"Terlalu sering menggunakan antibiotik bisa
memicu peningkatan drastis dari diabetes tipe
1, obesitas, penyakit radang usus, alergi dan
asma yang meningkat 2 kali lipat di dalam
populasi," ujar Martin Blaser, profesor
mikrobiologi dan ketua departemen
kedokteran New York University Langone
Medical Center.
Manusia kadang disebut dengan meta-
organism karena jumlah dan volume
mikroba yang banyak di berbagai bagian
tubuh, seperti yang hidup di dalam usus, kulit
atau bahkan pusar. Mikroba ini membantu
akses nutrisi, mencegah infeksi berbahaya
serta gangguan autoimun lainnya.
Tapi penggunaan antibiotik yang berlebihan
atau tidak tepat, justru bisa mengurangi
jumlah bakteri baik dan membuat mikroba
resisten. Hal ini karena antibiotik bersama
dengan perubahan cara hidup bisa mengubah
komunitas mikroba yang hidup di berbagai
tubuh.
Studi tahun 2010 menemukan bahwa
antibiotik menyebabkan perubahan yang
cepat dan mendalam pada populasi mikroba,
termasuk datangnya mikroba yang resisten
terhadap antibiotik dan bisa bertahan
setidaknya selama 3 tahun.
Diketahui pula bahwa antibiotk yang
berlebih bisa mengaktifkan bakteri
Clostridium difficile yang sudah ada pada
beberapa orang sehat dan menyebabkan
infeksi peradangan.
"Kita memiliki flora yang sangat kompleks
dalam situasi sehat, yaitu menjaga sel T pro-
inflamasi dan anti-inflamasi dalam
keseimbangan satu sama lain. Tapi jika sudah
terjadi ketidakseimbangan akan membuat
seseorang lebih rentan terhadap penyakit,"
ujar Dennis Kasper selaku profesor
mikrobiologi dan imunologi dari Harvard
Medical School.
Untuk itu Blaser menyarankan agar
menggunakan antibiotik secara lebih
bijaksana, mengembangkan teknik yang
cepat mengidentifikasi patogen bermasalah
serta menciptakan obat yang bisa
menargetkan patogen tertentu dan tidak
menghancurkan mikroba lainnya.

Sumber: Live Science