Rabu, 24 Agustus 2011

Bahaya Antibiotik di Pasaran


Tubuh manusia mengandung sejumlah besar
mikroba yang baik atau jahat. Tapi
memberantasnya baik secara sengaja atau
tidak sengaja dengan antibiotik bisa
membahayakan kesehatan.
"Terlalu sering menggunakan antibiotik bisa
memicu peningkatan drastis dari diabetes tipe
1, obesitas, penyakit radang usus, alergi dan
asma yang meningkat 2 kali lipat di dalam
populasi," ujar Martin Blaser, profesor
mikrobiologi dan ketua departemen
kedokteran New York University Langone
Medical Center.
Manusia kadang disebut dengan meta-
organism karena jumlah dan volume
mikroba yang banyak di berbagai bagian
tubuh, seperti yang hidup di dalam usus, kulit
atau bahkan pusar. Mikroba ini membantu
akses nutrisi, mencegah infeksi berbahaya
serta gangguan autoimun lainnya.
Tapi penggunaan antibiotik yang berlebihan
atau tidak tepat, justru bisa mengurangi
jumlah bakteri baik dan membuat mikroba
resisten. Hal ini karena antibiotik bersama
dengan perubahan cara hidup bisa mengubah
komunitas mikroba yang hidup di berbagai
tubuh.
Studi tahun 2010 menemukan bahwa
antibiotik menyebabkan perubahan yang
cepat dan mendalam pada populasi mikroba,
termasuk datangnya mikroba yang resisten
terhadap antibiotik dan bisa bertahan
setidaknya selama 3 tahun.
Diketahui pula bahwa antibiotk yang
berlebih bisa mengaktifkan bakteri
Clostridium difficile yang sudah ada pada
beberapa orang sehat dan menyebabkan
infeksi peradangan.
"Kita memiliki flora yang sangat kompleks
dalam situasi sehat, yaitu menjaga sel T pro-
inflamasi dan anti-inflamasi dalam
keseimbangan satu sama lain. Tapi jika sudah
terjadi ketidakseimbangan akan membuat
seseorang lebih rentan terhadap penyakit,"
ujar Dennis Kasper selaku profesor
mikrobiologi dan imunologi dari Harvard
Medical School.
Untuk itu Blaser menyarankan agar
menggunakan antibiotik secara lebih
bijaksana, mengembangkan teknik yang
cepat mengidentifikasi patogen bermasalah
serta menciptakan obat yang bisa
menargetkan patogen tertentu dan tidak
menghancurkan mikroba lainnya.

Sumber: Live Science

0 komentar:

Posting Komentar